AKU INGIN

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana  
dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu 
kepada api yang menjadikannya abu.

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan 
kepada hujan yang menjadikannya tiada. 



SAJAK KECIL TENTANG CINTA


Mencintai angin harus menjadi siut...
Mencintai air harus menjadi ricik...
Mencintai gunung harus menjadi terjal... 
Mencintai api harus menjadi jilat...
Mencintai cakrawala harus menebas jarak...
MencintaiMu harus menjadi aku 



DI RESTORAN


Kita berdua saja, duduk.
Aku memesan ilalang panjang dan bunga rumput --
kau entah memesan apa.
Aku memesan batu di tengah sungai terjal yang deras --
kau entah memesan apa.
Tapi kita berdua saja, duduk.
Aku memesan rasa sakit yang tak putus dan nyaring lengkingnya,
memesan rasa lapar yang asing itu.



SEMENTARA KITA SALING BERBISIK

Sementara kita saling berbisik
untuk lebih lama tinggal
pada debu, cinta yang tinggal berupa
bunga kertas dan lintasan angka-angka

Ketika kita saling berbisik
di luar semakin sengit malam hari
memadamkan bekas-bekas telapak kaki, menyekap sisa-sisa unggun api

Sebelum fajar, ada yang masih bersikeras abadi




SEPERTI KABUT

aku akan menyayangimu
seperti kabut
yang raib di cahaya matahari

aku akan menjelma awan
hati-hati mendaki bukit
agar bisa menghujanimu

pada suatu hari baik nanti



DALAM DOAKU 

Dalam doaku subuh ini kau menjelma langit yang semalaman tak memejamkan mata, 

yang meluas bening siap menerima cahaya pertama, 
yang melengkung hening karena akan menerima suara-suara

Ketika matahari mengambang tenang di atas kepala, 

dalam doaku kau menjelma pucuk-pucuk cemara yang hijau senantiasa, 
yang tak henti-hentinya mengajukan pertanyaan muskil kepada angin yang mendesau entah dari mana

Dalam doaku sore ini kau menjelma seekor burung gereja yang mengibas-ibaskan bulunya dalam gerimis, 

yang hinggap di ranting dan menggugurkan bulu-bulu bunga jambu, 
yang tiba-tiba gelisah dan terbang lalu hinggap di dahan mangga itu

Maghrib ini dalam doaku kau menjelma angin yang turun sangat perlahan dari nun di sana, 

bersijingkat di jalan dan menyentuh-nyentuhkan pipi dan bibirnya
di rambut, dahi, dan bulu-bulu mataku

Dalam doa malamku kau menjelma denyut jantungku, 

yang dengan sabar bersitahan terhadap rasa sakit yang entah batasnya, 
yang setia mengusut rahasia demi rahasia, 
yang tak putus-putusnya bernyanyi bagi kehidupanku

Aku mencintaimu...

Itu sebabnya aku takkan pernah selesai mendoakan keselamatanmu


PADA SUATU HARI NANTI 

Pada suatu hari nanti,  
Jasadku tak akan ada lagi,  
Tapi dalam bait-bait sajak ini,  
Kau tak akan kurelakan sendiri.
Pada suatu hari nanti,
Suaraku tak terdengar lagi,  
Tapi di antara larik-larik sajak ini.
Kau akan tetap kusiasati,

Pada suatu hari nanti,  
Impianku pun tak dikenal lagi,
Namun di sela-sela huruf sajak ini,  
Kau tak akan letih-letihnya kucari.


TELAGA

Akulah Si Telaga
berlayar di atasnya
berlayarlah menyibakkan riak-riak kecil yang menggerakkan bunga-bunga padma;
berlayarlah sambil memandang harumnya cahaya;
sesampai di seberang sana, tinggalkan begitu saja
-- perahumu biar aku yang menjaganya


DALAM DIRIKU


dalam diriku mengalir sungai panjang,
darah namanya;
dalam diriku menggenang telaga darah,
sukma namanya;
dalam diriku meriak gelombang sukma,
hidup namanya;
dan karena hidup itu indah,
aku menangis sepuas-puasnya.


METAMORFOSIS

ada yang sedang menanggalkan kata-kata yang satu demi satu
mendudukkanmu di depan cermin dan membuatmu bertanya
tubuh siapakah gerangan yang kukenakan ini
ada yang sedang diam-diam menulis riwayat hidupmu
menimbang-nimbang hari lahirmu
mereka-reka sebab-sebab kematianmu
ada yang sedang diam-diam berubah menjadi dirimu


BERJALAN KE BARAT DI WAKTU PAGI HARI

Waktu berjalan ke barat di waktu pagi hari

matahari mengikutiku di belakang
Aku berjalan mengikuti bayang-bayangku sendiri yang memanjang di depan
Aku dan matahari tidak bertengkar
tentang siapa di antara kami yang telah menciptakan bayang-bayang
Aku dan bayang-bayang tidak bertengkar
tentang siapa di antara kami yang harus berjalan di depan


HUJAN BULAN JUNI

tak ada yang lebih tabah dari hujan bulan Juni
dirahasiakannya rintik rindunya kepada pohon berbunga itu
tak ada yang lebih bijak dari hujan bulan Juni
dihapusnya jejak-jejak kakinya yang ragu-ragu di jalan itu
tak ada yang lebih arif dari hujan bulan Juni
dibiarkannya yang tak terucapkan diserap akar pohon bunga itu



SIHIR HUJAN


Hujan mengenal baik pohon, jalan, dan selokan  
-- swaranya bisa dibeda-bedakan;
kau akan mendengarnya meski sudah kau tutup pintu dan jendela.  
Meskipun sudah kau matikan lampu.
Hujan, yang tahu benar membeda-bedakan, 
telah jatuh di pohon, jalan, dan selokan  
-- menyihirmu agar sama sekali tak sempat mengaduh  
waktu menangkap wahyu yang harus kaurahasiakan.




KUHENTIKAN HUJAN

kuhentikan hujan, kini matahari
merindukanku, mengangkat kabut pagi perlahan

ada yang berdenyut
dalam diriku
menembus tanah basah
dendam yang dihamilkan hujan
dan cahaya matahari

tak bisa kutolak matahari
memaksaku menciptakan bunga-bunga

-----

Apa yang kau tangkap dari suara hujan
Dari daun-daun bugenvil yang teratur mengetuk jendela
Apakah yang kau tangkap dari bau tanah
Dari ricik air yang turun di selokan




PADA SUATU PAGI HARI

“Maka pada suatu pagi hari ia ingin sekali menangis sambil berjalan tunduk sepanjang lorong itu. Ia ingin pagi itu hujan turun rintik-rintik dan lorong sepi agar ia bisa berjalan sendiri saja sambil menangis dan tak ada orang bertanya kenapa.



Ia tidak ingin menjerit-jerit berteriak-teriak mengamuk memecahkan cermin membakar tempat tidur. Ia hanya ingin menangis lirih saja sambil berjalan sendiri dalam hujan rintik-rintik di lorong sepi pada suatu pagi.”

-----


“Kesepian adalah benang-benang halus ulat sutera yang perlahan-lahan, lembar demi lembar, mengurung orang sehingga ulat yang ada di dalamnya ingin segera melepaskan diri menjadi wujud yang sama sekali berbeda, yang bisa saja tidak diingat lagi asal-usulnya. Hanya ulat busuk yang tidak ingin menjadi kupu-kupu.”



Posting Komentar Blogger

 
Top