Suatu hari saya memanggil tukang rumah untuk melakukan beberapa perbaikan untuk rumah kami. Ketika saya tanya, "Di mana toko bahan bangunan yang lengkap, bagus dan murah?"

Tukang tadi menjawab, "Kalau orang-orang di sini biasanya belanja di Toko Kita Jaya, Pak."

Beberapa kali kami merenovasi rumah dan berganti tukang yang mengerjakannya. Namun jika ditanya jawabannya selalu sama, sebaiknya belanja di TB Kita Jaya.




Jadilah kami berbelanja di sana. Harganya memang relatif murah dan bersaing. Orangnya ramah dan mau memberikan penjelasan lengkap setiap ditanya. Barang boleh ditukar jika tidak cocok. Cuma sayangnya satu. Toko itu hanya buka setengah hari. Padahal pembelinya sangat banyak.

Jika pemiliknya ditanya mengapa ia hanya buka setengah hari, jawabannya selalu, "Setengah hari saja sudah cukup kok, Pak," sambil tersenyum ramah.

Penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi, satu per satu dari tukang yang bekerja kami tanyai mengapa TB Kita Jaya yang laris itu hanya buka setengah hari. Kemarin saya dapat jawabannya, dari seorang tukang yang biasa bekerja untuk rumah-rumah di komplek kami.

"Pak, Toko Kita Jaya itu suka memberikan bonus kepada para tukang yang merekomendasikan belanja di sana. Tapi harganya tetap masih lebih murah dari toko lain," katanya.

"Lalu, kenapa cuma buka setengah hari?"

"Karena menurut pemiliknya agar bisa berbagi rejeki dengan toko bangunan lainnya, Pak. Tapi meskipun buka setengah hari karena banyaknya order, toko tersebut kalau mengirim barang ke konsumen bisa sampai sore hari."

Wow! Menarik sekali penjelasannya. Sungguh seorang pengusaha yang luar biasa bijaksana dan baik hati. Pikir saya.

Meskipun tokonya paling laris, ia tetap berpikir untuk berbagi rejeki dengan toko lainnya dan meskipun ia berbagi rejeki tokonya tetap saja yang paling laris.

Karena penasaran, ketika saya belanja sendiri di sana maka saya pun bertanya kembali kepada pemiliknya tentang hal yang sama. Jawabannya kurang lebih sama dengan penjelasan tukang bangunan tersebut.

Hanya saja ada tambahan seperti ini, "Cari uang kalau diturutin tidak ada habisnya. Jadi buat saya setengah hari kerja sudah cukup. Sisanya untuk keperluan yang lain, termasuk keluarga."

Lalu saya iseng bertanya lagi lebih jauh, "Koh, kalau toko cuma buka setengah hari dan Koko membiarkan mereka belanja di toko sekitar sini apa tidak takut nanti pelanggannya lari ke toko lain?" tanya saya memancing.

Mengapa saya mengajukan pertanyaan ini? Sebab biasanya toko-toko tidak akan mau pelanggannya lari ke tempat pesaing mereka. Misalnya kita sedang mencari barang di tokonya kemudian tidak tersedia, dan ketika kita tanya kira-kira toko mana yang punya barang tersebut, maka umumnya akan menjawab tidak tahu.

Beda dengan pemilik toko ini, ketika ditanya tentang kemungkinan usahanya mundur karena persaingan, pemiliknya malah menjawab dengan santai, "Kalau pelanggan saya lari ke toko sebelah itu artinya ada yg masih kurang bagus dan perlu diperbaiki dengan pelayanan toko saya."

Ia menambahkan, "Tapi selama ini menurut pengalaman, sekalipun saya menunjukkan untuk belanja di toko lain, pelanggan saya sebagian besar belanjanya tetap kembali lagi ke sini," ujarnya sambil tersenyum. 

Satu lagi pelajaran berharga bagi saya tentang arti kebijaksanaan dari seorang pengusaha bahan bangunan yang baik hati.

Mungkin Dr Arun Gandhi benar dengan ucapannya: "Orang Bijaksana pasti pintar tapi orang pintar belum tentu Bijaksana."

"Orang pintar mengarahkan pikirannya untuk meraup keuntungan pribadi sebanyak-banyaknya sementara orang bijaksana berusaha untuk membuat semua orang beruntung."

Siapa saja yang beruntung dalam hal ini?

Tentu pembeli, pemilik toko, tukang bangunan, dan toko-toko di sekitarnya merasa beruntung dan berjaya. Persis seperti nama tokonya KITA JAYA, kita semua merasa berjaya!

Sudahkah kita mendidik anak-anak kita untuk bisa lebih Bijaksana?

Pertanyaan apakah yang biasa kita ajukan pada anak kita?

Apakah...

Hari ini ada PR atau tidak? Berapa hasil nilai ujianmu kemarin?

Ataukah...

Hari ini kebaikan apa saja yang sudah kamu buat untuk dirimu sendiri dan orang lain, Nak? Apakah hari ini sudah lebih baik dari hari kemarin?

Mari kita renungkan bersama....

Sumber: Ayah Edi, FP Marketing Zombie










Posting Komentar Blogger

 
Top