Disebutkan ada seorang tua miskin di suatu kampung memiliki seekor kuda putih yang indah. Penduduk kampung tersebut menyarankan agar ia menjual saja kuda tersebut karena membutuhkan biaya besar untuk merawatnya agar tetap terlihat cantik. Lagipula kuda seindah itu rentan terhadap pencurian. Namun pak tua menolak untuk menjualnya.

Suatu ketika kekhawatiran warga kampung menjadi kenyataan. Kuda itu tidak ada lagi di kandangnya. Raib entah kemana.

Penduduk lalu menyalahkan pak tua. “Lihatlah, kuda yang cantik tersebut akan hilang dicuri karena anda tidak mau menerima pendapat kami. Sekarang anda harus menghadapi musibah kehilangan kuda.”







“Darimana kalian tahu kehilangan kuda tersebut merupakan musibah?!” jawab pak tua. 

Ternyata beberapa hari kemudian kuda cantik tersebut kembali lagi ke kandangnya dengan membawa kuda-kuda liar yang sebelumnya hidup di hutan.

Mendengar kejadian ini, penduduk kemudian mendatangi pak tua dan berkata, “Anda benar. Apa yang dalam pandangan kami merupakan musibah ternyata malah sebaliknya, merupakan suatu keberuntungan yang besar.”

Pak tua tidak peduli dan kembali menjawab, “Darimana kalian tahu bertambahnya kuda merupakan keberuntungan?!”

Penduduk kampung pun terheran dengan sikap pak tua.
 

Pak tua memiliki seorang anak laki-laki yang mengurus dan melatih kuda-kuda tersebut. Tak lama kemudian terjadi kecelakaan. Anak pak tua jatuh dari kudanya dan mengalami patah kaki. 

Penduduk yang mendengar kabar ini kembali mendatangi pak tua dan berkata, “Lagi-lagi anda benar, ternyata apa yang kami anggap sebagai berkah dan keberuntungan justru menimbulkan musibah kecelakaan anak anda.”

Pak tua pun memberi jawaban yang sama dengan sebelumnya, “Darimana kalian tahu kalau kecelakaan tersebut merupakan musibah buat kami?!”

Sekali lagi penduduk kampung dibuat heran.
 

Beberapa bulan berselang penduduk kampung didatangi petugas kerajaan. Ternyata negeri tersebut tengah bersiaga perang. Petugas kerajaan datang untuk merekrut paksa para pemuda sebagai pasukan perang. Musuh sangat kuat sehingga sangat kecil peluang bagi tentara untuk bisa bertahan hidup di medan perang.

Namun, anak pak tua tidak termasuk yang direkrut karena kakinya patah. Penduduk kampung kembali mendatangi pak tua sambil menangis: “Anda beruntung. Anak laki-lakimu selamat dari kematian. Ternyata kecelakaan yang menimpanya merupakan keberuntungan anda.”

Pak tua menjawab, “Kalian selalu terlalu tergesa-gesa dalam menarik kesimpulan. Tidak ada yang tahu sejatinya di balik suatu peristiwa sebagai keberuntungan atau musibah kecuali Dia semata….”

Quran menyebutkan (yang artinya): “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS al-Baqarah/2: 216)  

“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.” (An-Nisaa': 19)  


Sumber: lampuislam.org/2013/09, hikmah.muslim-menjawab.com 






 

Posting Komentar Blogger

 
Top