Terlahir dengan IQ tinggi sehingga dikenal sebagai anak yang genius, tentu menjadi kebanggaan tersendiri bagi orang tua maupun diri sendiri. Namun ternyata, tidak semua anak genius dapat memiliki hidup yang nyaman di kemudian hari.
Berikut kisah mengenai empat orang yang dikenal genius pada saat kecil ketika telah dewasa:
1. William James Sidis
Namanya Billy Sidis, lengkapnya William James Sidis. Dia adalah anak Prof Dr Boris Sidis, orang Yahudi yang sangat mengagumi William James, seorang ahli psikologi.
Berikut kisah mengenai empat orang yang dikenal genius pada saat kecil ketika telah dewasa:
1. William James Sidis
Namanya Billy Sidis, lengkapnya William James Sidis. Dia adalah anak Prof Dr Boris Sidis, orang Yahudi yang sangat mengagumi William James, seorang ahli psikologi.
Secara intelektual, Billy Sidis luar biasa cerdas. IQ-nya 200, jauh diatas Albert Einstein. Sidis di usia 1 tahun 6 bulan sudah bisa membaca New York Times. Usia 5 tahun sudah mampu menulis karya ilmiah tentang anatomi dan astronomi. Usia 8 tahun menguasai 8 bahasa.
Pertanyaannya kemudian adalah, apa yang diperoleh dari kejeniusannya? Ternyata, jenius nan "sempurna" yang dimiliki Sidis tidak memberikan manfaat apapun. Memang, ia mampu berpikir rumit dan memecahlan aneka masalah akademis, jauh melampaui anak-anak seusianya dan bahkan lebih unggul dibandingkan orang-orang dewasa. Tapi perkembangan sosial, emosional dan komunikasinya tidak sejalan dengan kemampuan kognitifnya. Kemampuan intelektual luar biasa yang ia miliki tidak mampu menolongnya untuk bisa berperilaku lebih matang dan dewasa sesuai usianya.
Dan apa yang terjadi? Sidis memilih untuk menarik diri dari semua dinamika dunia akademis, dan ia bekerja sebagai tukang cuci piring sampai akhir hayatnya! Ia bahkan tidak menikah dan cenderung menutup diri.
Sungguh tragis!
Seorang manusia yang luar biasa jenius ternyata tidak memberikan kontribusi berarti untuk dunia. Padahal, dia punya minat dan pakar banget di berbagai ilmu. Konon, Sidis ini adalah "kelinci percobaan" sang ayah. Ia menjadi objek eksperimen Boris Sidis, sang ayah yang seorang psikolog. Boris menerapkan sistem pendidikan model baru kepada anaknya, demi menyanggah sistem pendidikan konvensional yang dianggap sebagai biang keladi kejahatan. Sayangnya mental Sidis tidak tahan atas perlakuan lingkungan terhadapnya dan ia pun merasa lelah menjadi proyek dari ambisi sang ayah.
2. Andrew Halliburton
Memiliki IQ 145, Andrew sangat pandai matematika dan diprediksi akan sukses dalam komputer atau perbankan. Namun kini Andrew bekerja di restoran cepat saji McDonald's dengan gaji 5,75 poundsterling per jam (sekitar Rp 95.000). Kejeniusan yang dimilikinya ini justru membuatnya tidak nyaman.
Kemampuan Sidis dalam berbahasa pun konon amatlah dahsyat. Bayangkan saja, ia bisa mempelajari bahasa baru hanya dalam satu hari hingga total sekitar 200 bahasa di dunia dikuasainya! Pas umur 11 tahun, Sidis kuliah di Havard University, universitas terkemuka di dunia yang terkenal dengan orang-orang cerdasnya. Itupun dia masuk di kelas mahasiswa berbakat. Pada usia 14 tahun, Sidis telah memberi kuliah di universitas yang sama. Ia lulus sebagai sarjana matematika di usia 16 dengan predikat cumlaude. Hmm, kurang jenius apa coba?
Pertanyaannya kemudian adalah, apa yang diperoleh dari kejeniusannya? Ternyata, jenius nan "sempurna" yang dimiliki Sidis tidak memberikan manfaat apapun. Memang, ia mampu berpikir rumit dan memecahlan aneka masalah akademis, jauh melampaui anak-anak seusianya dan bahkan lebih unggul dibandingkan orang-orang dewasa. Tapi perkembangan sosial, emosional dan komunikasinya tidak sejalan dengan kemampuan kognitifnya. Kemampuan intelektual luar biasa yang ia miliki tidak mampu menolongnya untuk bisa berperilaku lebih matang dan dewasa sesuai usianya.
Dan apa yang terjadi? Sidis memilih untuk menarik diri dari semua dinamika dunia akademis, dan ia bekerja sebagai tukang cuci piring sampai akhir hayatnya! Ia bahkan tidak menikah dan cenderung menutup diri.
Sungguh tragis!
Seorang manusia yang luar biasa jenius ternyata tidak memberikan kontribusi berarti untuk dunia. Padahal, dia punya minat dan pakar banget di berbagai ilmu. Konon, Sidis ini adalah "kelinci percobaan" sang ayah. Ia menjadi objek eksperimen Boris Sidis, sang ayah yang seorang psikolog. Boris menerapkan sistem pendidikan model baru kepada anaknya, demi menyanggah sistem pendidikan konvensional yang dianggap sebagai biang keladi kejahatan. Sayangnya mental Sidis tidak tahan atas perlakuan lingkungan terhadapnya dan ia pun merasa lelah menjadi proyek dari ambisi sang ayah.
2. Andrew Halliburton
Memiliki IQ 145, Andrew sangat pandai matematika dan diprediksi akan sukses dalam komputer atau perbankan. Namun kini Andrew bekerja di restoran cepat saji McDonald's dengan gaji 5,75 poundsterling per jam (sekitar Rp 95.000). Kejeniusan yang dimilikinya ini justru membuatnya tidak nyaman.
Andrew pernah belajar komputer di Dundee University, namun setelah enam bulan ia pun berhenti kuliah. "Saya belajar apa yang sudah saya ketahui, saya merasa bosan. Jadi saya berhenti," ujarnya.
3. Terence Judd
Terence dikenal sebagai bakat musik terbesar Inggris, ia adalah seorang pianis muda yang sangat berbakat. Tapi sayangnya hanya sedikit rekaman dari permainan pianonya sebelum pada akhirnya ia bunuh diri dengan meloncat dari Beachy Head, pada usia 22 tahun.
Pada usia 10 tahun ia memenangkan National Junior Pianoforte Competition, dan pada usia 18 tahun, ia memenangkan British Liszt Piano Competition. Hingga pada akhirnya ia bunuh diri pada tahun 1979.
4. James Harries
Sejak usia lima tahun, James Harries diperlihatkan ensiklopedia yang berisi pengetahuan mengenai barang antik dan seni. Saat ia membuat sebuah porcelain dan menjualnya untuk beberapa ribu poundsterling, kemampuannya mulai menjadi berita nasional.
3. Terence Judd
Terence dikenal sebagai bakat musik terbesar Inggris, ia adalah seorang pianis muda yang sangat berbakat. Tapi sayangnya hanya sedikit rekaman dari permainan pianonya sebelum pada akhirnya ia bunuh diri dengan meloncat dari Beachy Head, pada usia 22 tahun.
Pada usia 10 tahun ia memenangkan National Junior Pianoforte Competition, dan pada usia 18 tahun, ia memenangkan British Liszt Piano Competition. Hingga pada akhirnya ia bunuh diri pada tahun 1979.
4. James Harries
Sejak usia lima tahun, James Harries diperlihatkan ensiklopedia yang berisi pengetahuan mengenai barang antik dan seni. Saat ia membuat sebuah porcelain dan menjualnya untuk beberapa ribu poundsterling, kemampuannya mulai menjadi berita nasional.
Pada umur 12 tahun, ia terlihat di acara TV Terry Wogan Show dan menjadi selebriti nasional. Namun pada tahun 2001, di usia 23 tahun ia mengubahn alat kelamin dan mengganti namanya jadi Lauren.
Sumber: health.detik.com, wikipedia, dll.
Sumber: health.detik.com, wikipedia, dll.
Posting Komentar Blogger Facebook