Magetan -
Kisah Adul, bocah asal Sukabumi yang rela berangkat sekolah
dengan merangkak karena disabilitas yang dialaminya mungkin masih
melekat di ingatan. Namun di Magetan, kisah serupa juga terjadi.
Namanya Dinda Putri Aprilia. Usianya 7 tahun. Kondisi fisik Adul dan Dinda sedikit berbeda. Bila Adul memiliki kaki yang tidak tumbuh sempurna, maka Dinda memiliki kaki yang utuh namun lumpuh.
Menurut sang ibu, Minah, kelumpuhan yang dialami Dinda terjadi sejak usianya masih 8 bulan.
Namanya Dinda Putri Aprilia. Usianya 7 tahun. Kondisi fisik Adul dan Dinda sedikit berbeda. Bila Adul memiliki kaki yang tidak tumbuh sempurna, maka Dinda memiliki kaki yang utuh namun lumpuh.
Menurut sang ibu, Minah, kelumpuhan yang dialami Dinda terjadi sejak usianya masih 8 bulan.
"Ini sejak usia delapan bulan. Kakinya lemes setelah saya pijatkan.
Kalau jalan di dalam rumah saja biasanya ngesot, merangkak gitu," terang
Minah kepada detikcom saat ditemui di kediamannya, Rabu (16/1/2019).
Dinda hanya tinggal bertiga dengan ibu dan kakak laki-lakinya, Siswanto
(20). Siswanto pun menjadi tulang punggung keluarga sejak sang ayah,
Sutopo meninggal dunia, tiga bulan lalu.
Hal ini berdampak pada perekonomian keluarga yang tinggal di RT 17 RT 3, Desa Bogorejo, Kecamatan Barat, Kabupaten Magetan ini.
"Bapaknya sudah meninggal sekitar tiga bulan lalu, ini jelang 100 harinya. Bapaknya sakit stroke tahunan lamanya. Ini saya juga divonis diabet. Untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari hanya mengandalkan anak pertama saya, Siswanto, yang alhamdulillah dapat pekerjaan di pabrik desa sebelah," tuturnya.
Hal ini berdampak pada perekonomian keluarga yang tinggal di RT 17 RT 3, Desa Bogorejo, Kecamatan Barat, Kabupaten Magetan ini.
"Bapaknya sudah meninggal sekitar tiga bulan lalu, ini jelang 100 harinya. Bapaknya sakit stroke tahunan lamanya. Ini saya juga divonis diabet. Untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari hanya mengandalkan anak pertama saya, Siswanto, yang alhamdulillah dapat pekerjaan di pabrik desa sebelah," tuturnya.
Penghasilan Siswanto pun tak seberapa sebagai buruh pabrik pakaian dalam, yaitu berkisar Rp 1 juta setiap bulannya.
Lantas mengapa Dinda harus ngesot tiap kali berjalan? Ternyata keluarga ini juga tidak memiliki kursi roda yang layak untuk putri bungsu mereka. Satu-satunya kursi roda yang dimiliki juga merupakan kursi roda bekas.
"Kalau pengen keluar rumah gitu baru pakai kursi roda bekas pemberian saudara," ujar Minah sambil menunjuk ke kursi roda yang sudah sedikit usang.
Sejak Dinda lumpuh, keluarga hanya bisa pasrah dengan keadaannya. Pengobatan dihentikan begitu saja, apalagi mereka tak punya biaya. Dinda juga tak disekolahkan.
(lll/lll)
Lantas mengapa Dinda harus ngesot tiap kali berjalan? Ternyata keluarga ini juga tidak memiliki kursi roda yang layak untuk putri bungsu mereka. Satu-satunya kursi roda yang dimiliki juga merupakan kursi roda bekas.
"Kalau pengen keluar rumah gitu baru pakai kursi roda bekas pemberian saudara," ujar Minah sambil menunjuk ke kursi roda yang sudah sedikit usang.
Sejak Dinda lumpuh, keluarga hanya bisa pasrah dengan keadaannya. Pengobatan dihentikan begitu saja, apalagi mereka tak punya biaya. Dinda juga tak disekolahkan.
(lll/lll)
Source: https://news.detik.com/berita-jawa-timur/d-4386561/dengar-cerita-dinda-bocah-asal-magetan-yang-sudah-7-tahun-ngesot?tag_from=wp_nhl_judul_32
Foto: Sugeng Harianto |
Posting Komentar Blogger Facebook